Rabu, 12 September 2012

Petani desa Labulia gagal tanam karena Sulit Dijangkau Irigasi



RADIO KOMUNITAS TALENTA FM (Barejulat) - Sejumlah petani di Desa Labulia kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah mulai mengeluhkan kurangnya air untuk mengairi sawah mereka khususnya saat musim kemarau tiba. Hektaran sawah  milik para petani bahkan ada yang dilanda  gagal tanam, bahkan ada yang swahnya yang sama sekali tidak pernah tersentuh air kini keadaan tanaman padinya sudah lama mongering dan mati.


Salah seorang petani setempat Amaq Wahidin(35) mengatakan kejadian itu selalu terjadi di desanya khususnya saat musim kemarau tiba. Aliran air sulit menjangkau sawahnya yang kebetulan berada paling ujung didesanya tersebut.

“Air itu kan mengalir dari arah utara sana pak, nah saya yang berada dipaling ujung selatan ini seringkali tidak kebagian air pak. Air hanya mampu mengairi sawah-sawah yang ada duhulu sana, itupun pengairanya tidak sempurna. Jadilah saya sekarang ini petani tdah hujan, yang hanya bisa mengandalkan air dari huja.”Katanya.

Petani lainya Haji Hamdi(45) mengaku berani membayar Rp.250.000 untuk mengairi satu hektar sawahnya dengan menyewa alat pemompa air yang disewakan oleh sejumlah orang yang jeli melihat keadaan tersebut. Ini menguntungkan bagi mereka yang punya mesin pompa air namun cukup membebani para petani.

“Saya tepakasa membayar untuk mengairi sawah itu, karena kalau tidak maka saya terancam gagal tanam. Sekali mengairi sawah sampai dua ratus lima puluh ribu. Terkadang ada kalanya saya mengairi swah dengan menyewa masin pompa air itu dua kali, karena ada saatnya tiba-tiba setelah kita airi malah kering kembali sawahnya, jadi ya kita sewa lagi pompa air dan keluarkan biaya lagi”Ungkapnya.

Adapaun Amaq Romlah(40) memperkirakan air-air yang berasal dari bendungan Batu Jai itu tidak mampu menjangkau sawah-sawah di desa Labulia dan sekitarnya ini akibat dari buruknya system irigasi yang saat ini ada. Selokan yang saat ini diandalkan sebagai saluran irigasi keadaanya sudah banyak yang dangkal dan bocor.

“Saya membayangkan sebuah saluran irigasi yang membentang seperti pipa-pipa PDAM (Perusahaan Air Minum Daerah-red) itu, jadi air darimanapun dan kemanapun akan dialirkan dan kapanpun bisa dengan lancer dialirkan. Namun itu hanya hayalan kami saja barangkali yang tidak akan mungkin pernah terwujud”Katanya sembari mengernyitkan keningya.

Romlah menambahkan, apa yang ia pikirkan barangkali hanya pepesan kosong yang tidak akan pernah bisa diwujudkan,. namun demikian ia percaya ide-ide semacam itu pasti pernah terlintas dalam pikiran para pejabat pemerintah daerah yang saat ini mengemban tugas untuk meningkatkan kwalitas dan kehidupan para paetani di derah Lombok Tengah ini.

“Saya percaya pemerintahan yang sekarang ini sudah mengetahui kedaan para petani seperti saya ini, itu terbukti dari Jargon mereka Rurung dan Reban (Jalan dan Selokan-red) dan bahkan hal ini telah dipikirkan jauh-jauh hari sebelum bupati kita yang sekarang ini terpilih menjadi bupati. Sekarang ya tinggag kita menunggu kapan direalisasikan visi misi itu”Imbuh petani lainya Amaq Murdan (42) sembari mengangguk-anggukan kepalanya.

Sementara itu, salah seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Lombok Tengah Muhammad Humaidi,ST membenarkan apa yang disampaikan warga tersebut. Persawahan di sejumlah wilayah didesa Labulia memang kerap kali dilanda kekurangan air. Hal tersebut menurut menjadi mimpi buruk para petani di Labulia. Apalagi satu-satunya cara untuk mengatasi hal itu saat ini yakni dengan menyewa tukang pompa air dengan mesin pompa yang biayanya juga terbilang tidak sedikit.

“Saya memang melihat kalau di desa Labulia itu sering kekurangan air, apa lagi seperti musim kemarau panjang yang saat ini sedang melanda. Saya bisa melihat tanaman padi yang terlihat mulai mengering karena kekurangan air. Dan saya tau warga petani sampai harus menambah biaya lagi dua ratus limapuluhan lebih untuk satu hekatar sawah.”Katanya.

Humaidi menjelaskan, di kecamatan Jonggat sejauh ini hanya desa Labulia dan sekitarnya yang masih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan irigasi sawahnya. Hal itu menurutnya akibat dari letak Georagfis desa Labulia yang berada di paling ujung saluran irigasi.

“Ada memang sawah-sawah yang bisa dipenuhi kebutuhan irigasinya dari bendugan batu jai namun itu hanya sebagian kecil saja. Sehingga memang kondisi seperti itu harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Caranya dengan memperbaiki saluran irigasi yang ada atau dengan membangun saluran irigasi baru, apabila itu akan dialirkan dari bendungan batu jai.”Imbuhnya.

Yang menjadi kendala lain dalam penyaluran air irigasi tersebut adanya dataran yang lebih tinggi dari dataran persawahan lainya sehingga air-air tersebut tidak bisa menembus swah lainya, itu yang mungkin oleh pemeritah daerah untuk membuat saluran iriagasi baru. Apa lagi saat sekarang ini banyak masyrakat yang sedang menanam jagung dan kedelai yang saat ini keaadanya sangat butuh air irigasi.

“Saya sempat memperjuangkan untuk diusulkan ke Kementrian Pertanian untuk membuat embung baru disana namun belum tembus. Karena ada beberapa tempat yang mengharuskan untuk dibuatkan embung dan hal itu  juga sangat memungkinkan. Nah untuk membuat saluran irigasi seperti pipa PDAM itu, bisa-bisa saja dilakukan namun harus disesuaikan dengan kemampuan daerah, itu pasti membutuhkan biaya besar, tetapi itu ide yang sangat brilian. Bukankah segala sesuatu yang membuat dunia terbelalak itu semuanya berawal dari mimpi?” pungkasnya.(Sading)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar