RADIO KOMUNITAS TALENTA FM (Barejulat) - Sejumlah petani di Desa Labulia kecamatan Jonggat Kabupaten
Lombok Tengah mulai mengeluhkan kurangnya air untuk mengairi sawah mereka
khususnya saat musim kemarau tiba. Hektaran sawah milik para petani bahkan ada yang dilanda gagal tanam,
bahkan ada yang swahnya yang sama sekali tidak pernah tersentuh air kini
keadaan tanaman padinya sudah lama mongering dan mati.
Salah seorang petani setempat Amaq Wahidin(35) mengatakan
kejadian itu selalu terjadi di desanya khususnya saat musim kemarau tiba. Aliran
air sulit menjangkau sawahnya yang kebetulan berada paling ujung didesanya
tersebut.
“Air itu kan mengalir dari
arah utara sana
pak, nah saya yang berada dipaling ujung selatan ini seringkali tidak kebagian
air pak. Air hanya mampu mengairi sawah-sawah yang ada duhulu sana, itupun pengairanya tidak sempurna.
Jadilah saya sekarang ini petani tdah hujan, yang hanya bisa mengandalkan air
dari huja.”Katanya.
Petani lainya Haji Hamdi(45) mengaku berani membayar
Rp.250.000 untuk mengairi satu hektar sawahnya dengan menyewa alat pemompa air
yang disewakan oleh sejumlah orang yang jeli melihat keadaan tersebut. Ini
menguntungkan bagi mereka yang punya mesin pompa air namun cukup membebani para
petani.
“Saya tepakasa membayar untuk mengairi sawah itu, karena
kalau tidak maka saya terancam gagal tanam. Sekali mengairi sawah sampai dua
ratus lima
puluh ribu. Terkadang ada kalanya saya mengairi swah dengan menyewa masin pompa
air itu dua kali, karena ada saatnya tiba-tiba setelah kita airi malah kering
kembali sawahnya, jadi ya kita sewa lagi pompa air dan keluarkan biaya
lagi”Ungkapnya.
Adapaun Amaq Romlah(40) memperkirakan air-air yang berasal
dari bendungan Batu Jai itu tidak mampu menjangkau sawah-sawah di desa Labulia
dan sekitarnya ini akibat dari buruknya system irigasi yang saat ini ada.
Selokan yang saat ini diandalkan sebagai saluran irigasi keadaanya sudah banyak
yang dangkal dan bocor.
“Saya membayangkan sebuah saluran irigasi yang membentang
seperti pipa-pipa PDAM (Perusahaan Air
Minum Daerah-red) itu, jadi air darimanapun dan kemanapun akan dialirkan
dan kapanpun bisa dengan lancer dialirkan. Namun itu hanya hayalan kami saja
barangkali yang tidak akan mungkin pernah terwujud”Katanya sembari
mengernyitkan keningya.
Romlah menambahkan, apa yang ia pikirkan barangkali hanya
pepesan kosong yang tidak akan pernah bisa diwujudkan,. namun demikian ia
percaya ide-ide semacam itu pasti pernah terlintas dalam pikiran para pejabat
pemerintah daerah yang saat ini mengemban tugas untuk meningkatkan kwalitas dan
kehidupan para paetani di derah Lombok Tengah ini.
“Saya percaya pemerintahan yang sekarang ini sudah
mengetahui kedaan para petani seperti saya ini, itu terbukti dari Jargon mereka
Rurung dan Reban (Jalan dan Selokan-red) dan
bahkan hal ini telah dipikirkan jauh-jauh hari sebelum bupati kita yang
sekarang ini terpilih menjadi bupati. Sekarang ya tinggag kita menunggu kapan
direalisasikan visi misi itu”Imbuh petani lainya Amaq Murdan (42) sembari
mengangguk-anggukan kepalanya.
Sementara itu, salah seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Kabupaten Lombok Tengah Muhammad Humaidi,ST membenarkan apa yang
disampaikan warga tersebut. Persawahan di sejumlah wilayah didesa Labulia
memang kerap kali dilanda kekurangan air. Hal tersebut menurut menjadi mimpi
buruk para petani di Labulia. Apalagi satu-satunya cara untuk mengatasi hal itu
saat ini yakni dengan menyewa tukang pompa air dengan mesin pompa yang biayanya
juga terbilang tidak sedikit.
“Saya memang melihat kalau di desa Labulia itu sering
kekurangan air, apa lagi seperti musim kemarau panjang yang saat ini sedang
melanda. Saya bisa melihat tanaman padi yang terlihat mulai mengering karena
kekurangan air. Dan saya tau warga petani sampai harus menambah biaya lagi dua
ratus limapuluhan lebih untuk satu hekatar sawah.”Katanya.
Humaidi menjelaskan, di kecamatan Jonggat sejauh ini hanya
desa Labulia dan sekitarnya yang masih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan
irigasi sawahnya. Hal itu menurutnya akibat dari letak Georagfis desa Labulia
yang berada di paling ujung saluran irigasi.
“Ada
memang sawah-sawah yang bisa dipenuhi kebutuhan irigasinya dari bendugan batu
jai namun itu hanya sebagian kecil saja. Sehingga memang kondisi seperti itu
harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Caranya dengan
memperbaiki saluran irigasi yang ada atau dengan membangun saluran irigasi
baru, apabila itu akan dialirkan dari bendungan batu jai.”Imbuhnya.
Yang menjadi kendala lain dalam penyaluran air irigasi
tersebut adanya dataran yang lebih tinggi dari dataran persawahan lainya
sehingga air-air tersebut tidak bisa menembus swah lainya, itu yang mungkin
oleh pemeritah daerah untuk membuat saluran iriagasi baru. Apa lagi saat
sekarang ini banyak masyrakat yang sedang menanam jagung dan kedelai yang saat
ini keaadanya sangat butuh air irigasi.
“Saya sempat memperjuangkan untuk diusulkan ke Kementrian
Pertanian untuk membuat embung baru disana namun belum tembus. Karena ada
beberapa tempat yang mengharuskan untuk dibuatkan embung dan hal itu juga sangat memungkinkan. Nah untuk membuat
saluran irigasi seperti pipa PDAM itu, bisa-bisa saja dilakukan namun harus
disesuaikan dengan kemampuan daerah, itu pasti membutuhkan biaya besar, tetapi
itu ide yang sangat brilian. Bukankah segala sesuatu yang membuat dunia
terbelalak itu semuanya berawal dari mimpi?” pungkasnya.(Sading)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar